Ada dua hal yang harus selalu dijaga dan dibina oleh warga Muhammadiyah khususnya, dan umat Islam pada umumnya. Pertama adalah keikhlasan. Ikhlas itu perintah Alloh dalam Al-Qur’an Surat Al-Bayyinah ayat 5. “Padahal mereka hanya diperintah menyembah Alloh, dengan ikhlas mentaati-Nya semata-mata karena menjalankan agama, serta agar menegakkan sholat dan membayar zakat. Demikian itulah agama yang lurus.” Itulah sepenggal pembuka yang disampaikan oleh ustadz Drs. H. Baharuddin Rosyid (Wakil Ketua MUI Jember) dalam Kajian Ahad Pagi - Pengajian Pencerah - yang diselenggarakan oleh Majelis Tabligh dan LAZISMU kota Surabaya, pada hari ahad 22 Maret 2015 di Gedung Dakwah Muhammadiyah Surabaya.
Selanjutnya ustadz Baharuddin Rosyid, yang juga penasehat PDM Kab. Jember, menjelaskan bahwa ikhlas itu berarti menjauhkan ibadah dan amal dari riya’, sebab riya’ itu disebutkan dalam hadist sebagai syirik tersembunyi yang bisa merusak iman seorang muslim. Dengan hati yang ikhlas, kita beribadah karena Alloh semata, tanpa ada beban macam-macam. Karena itu orang yang ikhlas hidupnya akan selalu tenang, tenteram, sabar, senyumnya selalu mengembang dan tetap optimis dalam menghadapi berbagai kesulitan.
Ikhlas itu juga berarti seperti yang kita ikrarkan setiap waktu, “Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Alloh Pemelihara semesta alam.” (Al-Quran Surat Al-An'am, ayat 162). Keikhlasan itu mutlak harus menjadi dasar amal, karena kita mengharap rahmat, barokah dan pahala tidak hanya di dunia, tetapi yang lebih penting pada kehidupan di akhirat nanti. Kalau hidup ini tidak ada keikhlasan, orang akan berbuat semaunya. Orang bahkan bisa malas, dengki, rakus, dan dendam, yang akhirnya akan mudah menghalalkan segala cara dalam mencapai sesuatu.
Kedua, kita harus selalu menjaga hubungan silaturrahim. Warga Muhammadiyah dan ummat Islam lainnya harus senantiasa menjaga dan membina hubungan silaturrahim agar terjalin hubungan persaudaraan berdasarkan aqidah. Pengajian Pencerah ini selain untuk menambah ilmu, juga harus dijadikan sebagai wadah untuk memperkuat persaudaraan dengan saling bersilaturrahim. Jamaah pengajian jangan hanya datang, duduk, diam dan mendengarkan pengajian saja, namun juga saling berinteraksi dengan jamaah lainnya. Menurut Al-Qur’an menjaga hubungan silaturrahim itu adalah wajib, yang berarti, memutuskan hubungan silaturrahim itu adalah haram.
Nabi kita mengajarkan agar umat Islam menjaga hubungan silaturrahim sebab orang yang bersilaturahim akan dipanjangkan umurnya, diluaskan rejekinya, serta dalam kondisi sehat wal ‘afiat. Warga Muhammadiyah harus sering bersilaturrahim di mana pun mereka berada dan berhubungan dengan siapa pun. Dengan silaturrahim hubungan antar sesama tidak kaku dan tidak mudah menimbulkan kesalah-fahaman. Bila terjadi perbedaan, kita dapat dengan mudah memecahkannya dengan jalan kekeluargaan dan musyawarah.
Ustadz yang gemar begurau dan mengumbar tawa ini mengingatkan bahwa jika ummat Islam ini bersatu, maka tidak akan mudah dipecah belah dan tidak akan mudah disusupi oleh faham-faham sesat dan menyesatkan, atau faham kekerasan yang dilakukan penganut aliran tertentu.
Terakhir beliau berpesan bahwa Persyarikatan Muhammadiyah ini sudah sangat besar dan berkemajuan. Sebagai warga Persyarikatan kita harus senantiasa bersyukur, meskipun banyak juga lulusan sekolah dan perguruan tinggi Muhammadiyah tidak menjadi kader Muhammadiyah, namun mereka tetap mengenang, menghargai dan menjunjung tinggi almamaternya. Yang terpenting mereka senantiasa menegakkan Islam dimanapun mereka berada dan berperan. (Abd.Hakim-RED).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar