Sambut Ramadhan 1442 Hijriyah

Sambut Ramadhan 1442 Hijriyah

TV MUHAMMADIYAH (ADiTV Jogja)

Untuk dapat menonton konten ini anda perlu menginstall flash player
# Langsung live dari Adi-TV Jogjakarta

Rabu, 02 April 2014

PEMBUKA PINTU ILMU

Ketika manusia terlahir ke dunia sangat lemah dan tak berdaya. Namun demikian, Allah memberikan modalitas belajar sebagai pintu pembuka ilmu. Semua informasi masuk melalui pintu ini, yaitu pendengaran, penglihatan, dan hati. Baik informasi positif maupun yang negatif. Semakin banyak informasi positif diterima anak, maka menjadi modal yang cukup berharga. Sebaliknya, ketika informasi negatif yang banyak mewarnai anak, maka benih kerusakan telah tertanam sejak awal.

Modalitas pertama masuknya pintu ilmu pada kehidupan anak adalah pendengaran. Sebelum anak bisa melihat, informasi awal diperoleh adalah mendengar. Perhatikan bayi yang baru lahir dan belum bisa melihat, terlebih dahulu merespon suara. Si bayi tersenyum saat mendengar suara yang menyenangkan dan menangis saat mendengar suar-suara yang mengusik ketenangan. Dengan kondisi seperti ini, maka sangatlah wajar jika anak selalu diperdengarkan informasi positif. Misalnya saja alunan suara Al-Qur'an, ucapan yang lembut, lagu-lagu religi maupun motivasi, dan lain-lain.

Modalitas kedua yang menjadi pintu masuknya ilmu adalah penglihatan. Bagi anak yang sudah bisa melihat, maka warna kehidupan direkam melalui apa yang dilihatnya. Ketika contoh-contoh yang dilihat itu contoh yang baik, maka ini akan menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi anak. Jika apa yang dilihat itu perilaku buruk, maka sesungguhnya menjadi pelajaran yang sangat berbahaya bagi anak. Anak banyak belajar dari apa yang didengar dan dilihat. Terutama bagi anak yang masih berusia di bawah delapan tahun. Pada usia di bawah delapan tahun merupakan masa tanam. Apapun yang dicontohkan, baik dalam perilaku maupun ucapan merupakan bentuk yang ditanamkan dan kelak akan berbuah di masa-masaselanjutnya. Di usia ini anak dengan mudah meniru apa yang dicontohkan orang-orang dewasa tanpa bertanya benar atau salah.

Jika melihat fenomena yang ada, sangat tidak menguntungkan bagi generasi yang lahir saat ini. Ketika mereka dilahirkan, apa yang didengar bukan alunan ayat al-Quran, tetapi gegap gempitanya goyang oplosan serta maraknya hiburan dan hura-hura. Begitu juga yang dilihat bukan contoh-contoh positif dari orang dewasa, perilaku yang negatif tak terhindarkan lagi. Baik yang didengar dan dilihat dari televisi maupun yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Sesungguhnya kita perlu prihatin dan kasihan terhadap generasi saat ini.

Modalitas ketiga yang menjadi masuknya pintu ilmu adalah hati. Penerimaan seseorang terhadap informasi, tidak lepas dari nuansa hati. Hati yang ikhlas, mudah menerima informasi yang masuk. Dalam sebuah hadits dikatakan, “Ketahuilah bahwa dalam jasad ini ada segumpal daging. Apabila segumpal daging ini baik, maka akan menjadi baik semua (amal perbuatan). Apabila segumpal daging ini jelek, maka akan jeleklah semuanya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati.” (HR Bukhori-Muslim)

Ada beberapa jenis hati dalam kaitannya dengan pola penerimaan informasi. Ada hati yang sehat atau selamat (qolbun salimun), hati yang sakit (qolbun maridhun), dan hati yang mati (qolbun mayyitun).

Hati yang selamat (qolbun salim) adalah hati orang yang ikhlas. Sepahit apapun yang diterima, jika itu nilai kebenaran dapat direspon dengan baik. Bahkan kalau perlu akan berusaha mencari nilai-nilai kebenaran yang diyakini. Hati yang ikhlas dimiliki oleh orang-orang yang beriman, yang suka dengan kebaikan.

Hati yang sakit (qolbun maridhun) adalah hati yang telah ternodai oleh hawa nafsu. Hati yang sakit dimiliki oleh orang-orang munafik. Hati seperti ini seolah-olah bisa menerima kebenaran, tetapi faktanya justru menolak dan hanya berpura-pura. Hati seperti ini bertebaran saat ini. Mereka bangga melakukan kesalahan karena di dalam hati mereka sudah ada penyakit. Sebagaimana dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 10, “Di dalam hati mereka ada penyakit dan Allah menambah penyakitnya, dan bagi mereka siksaan yang pedih karena mereka berdusta.”

Hati yang mati (qolbun mayyitun) adalah mereka yang hatinya telah tertutup. Hati yang mati tidak mau menerima kebenaran yang masuk. Mereka sudah menganggap bahwa yang dilakukan sudah benar dalam arti sesuai dengan visi kehidupannya. Apakah visi yang dibangun sebuah kepentingan keduniaan atau kepentingan lainnya. Hati yang mati dimiliki oleh orang-orang yang kafir. Sebagaimana dalam Surat Al-Baqarah ayat 6: “Sesungguhnya orang kafir sama saja bagi mereka, diingatkan atau tidak diingatkan, mereka tidak akan beriman.”

Pengaruh hati sesungguhnya tidak lepas dari informasi yang diterima melalui pendengaran dan penglihatan. Jika sejak awal, informasi yang diterima, baik dari pendengaran maupun penglihatan positif, maka akan berpengaruh positif pada anak. Begitu pula sebaliknya, jika yang didengar dan dilihat itu negatif maka perilaku negatif akan terbentuk dan mempengaruhi hati.

Tiga pembuka pintu ilmu ini perlu dimaksimalkan dalam hal-hal yang positif. Sesungguhnya ketika manusia dipanggil oleh Allah, ketiga pintu ilmu inilah yang dimintai pertanggungjawaban. “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban. (Q.S. Al-Isro': 36).




Penulis adalah Praktisi dan Penulis Buku Pendidikan di Surabaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


LAZISMU Surabaya

LAZISMU Surabaya
Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shodaqoh Muhammadiyah Surabaya

MARI BERAMAL NYATA

MARI BERAMAL NYATA