Oleh : ABDUL HAKIM, M.Pd.I
Sejak maraknya media jejaring, khususnya internet, informasi menjadi lebih luber dan lumer. Setiap orang bisa mengakses info apa pun, kapan pun dan di mana pun. Dalam waktu sesaat setiap orang dapat mengunduh info ekonomi, social, politik, pendidikan, seni, budaya, iptek, entertainment, gaya hidup, fim, sinetron, tokoh, artis, olahragawan, kriminalitas dari berbagi belahan dunia manapun. Setiap orang dapat berselancar dan bahkan tenggelam di media maya itu tanpa ada yang bisa mengusik, mengganggu, atau menghalangi. Melalui akun facebook dan twitter, setiap orang dapat membangun pertemanan, relasi bisnis, kritik social, citra diri, sharing ide dan gagasan, serta curhat soal-soal pribadi.
Orang tua, remaja, pelajar, mahasiswa, dan anak-anak di bawah umur pun dapat “menikmati” kemewahan layanan internet itu sepuas-puasnya dan seluas-luasnya. Media informasi itu bahkan juga bisa dinikmati para pembantu rumah tangga, kuli bangunan, tukang becak, tukang parkir, pemulung, atau preman. Para anggota dewan serta pejabat eksekutif, guru, dokter, anak-anak, remaja, pelajar dan mahasiswa bisa menikmatinya di ruang-ruang pribadi maupun public sepuas-puasnya.
Tetapi tentu harus dicermati dan dikritisi, sebab media online itu menawarkan apa saja. Ada menu STMJ atau susu telur madu dan jahe yang menyehatkan, ada menu yang memabukkan, bakan membuat orang hilang kesadaran, alias kecanduan. Ada menu yang mencerdaskan spiritual, intelektual, dan emosional. Tetapi, ada pula menu yang merusak bahkan menghilangkan kesadaran social. Setiap orang bisa mengaksesnya, bebas dan merdeka, suka-suka. Setiap orang bisa melakukan transaksi, memesan, membeli, atau menjual informasi dan beragam produk secara bebas, bahkan tanpa batas. Setiap orang bisa membangun silaturrahim, pertemanan, kemitraan bisnis, atau membentuk geng apa pun. Setiap orang bisa mencari kepuasan lewat jejaring social ini. Tentu, dengan segala resikonya.
Maka, kita ingat anak-anak, para remaja, pelajar, dan mahasiswa yang bukan lagi sekedar karib dengan jejaring maya itu, tetapi sudah menjadikan jejaring itu sebagai bagian gaya hidup untuk meraup beragam kesenangan dan keisengan yang melenakan. Alih-alih menjadi sumber informasi pencerah, produk teknologi canggih itu telah mendatangkan banyak dampak psikologis, social, dan moral. Sejumlah remaja kita menjadi korban penculikan, pelecehan seksual, terlibat jaringan obat terlarang, dan beragam tindak criminal lainnya setelah membangun pertemanan lewat jejaring yang menyihir itu.
Melalui jejaring maya itu, tidak sedikit remaja, pelajar, mahasiswa, bahkan anggota dewan dan para pejabat yang lebih menyukai situs-situs porno, atau membangun massage iseng tanpa kendali nilai-nilai moral. Maka tidak dapat dipungkiri jejaring social itu pasti telah memiliki andil signifikan bagi maraknya seks bebas di kalangan generai muda, konflik rumah tangga, perceraian, meningkatnya kriminalitas, penyalahgunaan narkoba, serta berbagai tindak psikopat lainnya. Jejaring ibarat pisau bermata dua. Setiap orang dapat meraih manfaat, atau akan terjerat pada sisi yang melenakan, bahkan hilangnya nilai-nilai moral, atau tanggung jawab social penggunanya.
Penulis adalah Wakil Ketua LAZISMU Surabaya
Sambut Ramadhan 1442 Hijriyah
TV MUHAMMADIYAH (ADiTV Jogja)
# Langsung live dari Adi-TV Jogjakarta
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar