Sambut Ramadhan 1442 Hijriyah
TV MUHAMMADIYAH (ADiTV Jogja)
# Langsung live dari Adi-TV Jogjakarta
Rabu, 10 Oktober 2012
DAHSYATNYA ASI DALAM MEMBANGUN GENERASI
Oleh : Ruhama, S.Pd
Dalam sebuah acara halal bi halal di Restoran Surabaya Country beberapa hari yang lalu, saya mendengar komentar Prof. Dr. Sahab terkait dengan Air Susu Ibu atau yang sering dikenal dengan ASI. Beliau menyampaikan bahwa di negara tetangga, Malaysia, ibu-ibu dianjurkan untuk memberikan ASI selama dua tahun. Bahkan ketika beliau berkunjung di beberapa rumah sakit, semua menganjurkan agar ibu-ibu menyusui bayinya selama dua tahun.
Ada yang menganggap ini merupakan sesuatu yang baru. Sebenarnya, lebih dari 14 abad yang lalu Allah sudah mengingatkan kepada kita tentang ASI. Ini bukanlah hal yang baru, tetapi ini merupakan kesadaran yang baru tumbuh. Manusia mulai menyadari betapa pentingnya ASI dalam membangun generasi setelah melihat generasi muda saat ini yang mulai menjauhi nilai-nilai kebenaran. Bahkan tidak jarang yang berani melawan orang tuanya sendiri. Semoga kesadaran ini bukan hanya di negara tetangga, tetapi juga di negara tercinta kita, Indonesia.
Allah telah mengingatkan didalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 233: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun suntuk bagi yang hendak menyempurnakan masa penyusuan.” Ini menunjukkan bahwa sebenarnya ASI itu dikonsumsi oleh bayi selama dua tahun. Jika kurang dari dua tahun, maka dianggap belum sempurna. Jika belum sempurna, maka ada sesuatu yang belum sempurna pula pada perkembangan anak.
Allah juga mengingatkan di dalam Surat Luqman ayat 14: “Dan kami telah mengamanahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan letih bertambah letih, sampai masa menyapihnya dalam usia dua tahun.” Ada rangkaian ayat terkait dengan kepatuhan anak kepada orang tua dengan lamanya menyusui dua tahun. Seolah-olah ayat itu menyimpan sebuah isyarat bahwa karena ibu yang mengandung kemudian menyusui, maka kewajiban bagi anak untuk selalu berbakti padanya.
Ketika perintah itu datangnya langsung dari Allah, maka tidak ada yang perlu diragukan kebenarannya. Tidak salah jika para ahli menelusuri kedahsyatan ASI jika dibandingkan dengan minuman atau makanan lain yang banyak dipropagandakan oleh produk makanan dan minuman saat ini.
Dalam tafsir Az-Zikra dijelaskan tentang manfaat ASI, terutama untuk pertumbuhan anak, antara lain: 1. Pertumbuhan bayi yang minum ASI, lebih cepat daripada anak yang mempunyai nilai makanan yang sama, tetapi tidak meminum ASI. ASI lebih mudah dicerna dibanding dengan susu sapi atau makanan lainnya. 2. ASI bebas dari pencemaran, suhunya tepat bagi kebutuhan bayi, bebas dari kuman yang berbahaya, dan mengandung bahan-bahan imunisasi yang memegang peranan besar dalam perlawanan terhadap infeksi, terutama pada usus bayi. 3. ASI memberikan daya tahan lebih dibanding dengan yang tidak mengonsumsi ASI. 4. Secara pikologi, ikatan batin antara ibu dan anak bisa dibangun lebih dekat melalui cara menyusui, tentunya dengan ASI.
Jelas manfaat yang besar dari ASI bagi pertumbuhan anak. Untuk itu sayogyanya, ibu-ibu di Indonesia, khususnya umat Islam, tetap memberikan ASI sesuai yang ditetapkan oleh Allah swt. Dan tidak menyerahkan bayinya dengan susu sapi. Lain cerita jika ibu mempunyai masalah dengan ASI, mungkin alasan medis, maka masih bisa mencari alternatif lain.
Tampaknya menjadi masalah yang serius jika persoalan ASI ini diabaikan. Apakah perilaku kemerosotan moral anak yang terjadi saat ini juga pengaruh nutrisi masa pertumbuhan, terutama usia dibawah dua tahun ini. Persoalan ini masih perlu dikaji. Namun fakta bahwa memberikan ASI kepada bayi hingga dua tahun adalah perintah yang harus dilaksanakan. Resiko itu akan datang jika perintah itu diabaikan.
Masyarakat tentunya sudah mulai berfikir untuk generasi yang akan datang. Terutama melakukan kampanye agar ibu-ibu mau menyusui anaknya hingga dua tahun. Meskipun terlambat, tetapi itulah yang harus dilakukan, yaitu kembali kepada Al-Qur'an. Masa depan anak dimulai sejak pertumbuhan di dalam kandungan. Dialah yang kelak menjadi pemimpin masa depan. Jika tidak dipersiapkan sejak dini, lalu kapan lagi.
Penulis adalah Pengurus Majelis Dikdasmen PCA. Mulyorejo
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar