Muhammadiyah Cabang Genteng, kini memiliki usaha baru berupa travel atau biro perjalanan wisata religi dan sejarah cikal bakal Persyarikatan. Usaha baru yang diresmikan oleh Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Genteng, Saiful Wakang, pada awal Oktober 2012 ini diawaki oleh inisiatornya, Wakil Ketua PCM Genteng, H. Suprapto didukung oleh Majelis Ekonomi dan Ketenaga Kerjaan PCM Genteng.
Awalnya usaha ini dimaksudkan untuk menunjang kegiatan kaderisasi dalam rangka menggairahkan ghirah dan semangat ber Muhammadiyah sekaligus keber Islaman keluarga besar Muhammadiyah Genteng Kota Surabaya. Biro perjalanan ini mengkhususkan penyelenggaraan kegiatan napak tilas perjuangan KH. Ahmad Dahlan. Bekerjasama dengan Majelis Kebudayaan PP Aisyiyah di Jogyakarta, Biro ini telah mengkemas sedikitnya dua kali paket wisata sejarah Persyarikatan, sebagai uji coba, yakni pada bulan Mei dan Juli 2012 lalu.
Obyek wisata yang pertama dikunjungi adalah Kampung Kauman, tempat kelahiran pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan sekaligus kampung dengan berbagai situs bahkan artefak sejarah yang tersisa dari periode awal perjuangan dan da’wah Muhammadiyah.
Sebut saja, yang paling monumental adalah Langgar Kidul, surau milik Kyai Dahlan yang pernah dirobohkan oleh para penentangnya sebelum kemudian dibangun kembali oleh Dahlan seperti yang divisualisasikan dalam film Sang Pencerah, besutan sineas muda alumni SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta, Hanung Bramantio. Surau ini juga menjadi saksi bisu pertama kalinya Muhammadiyah didirikan Dahlan beserta para santrinya.
Sebut saja, yang paling monumental adalah Langgar Kidul, surau milik Kyai Dahlan yang pernah dirobohkan oleh para penentangnya sebelum kemudian dibangun kembali oleh Dahlan seperti yang divisualisasikan dalam film Sang Pencerah, besutan sineas muda alumni SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta, Hanung Bramantio. Surau ini juga menjadi saksi bisu pertama kalinya Muhammadiyah didirikan Dahlan beserta para santrinya.
Obyek yang tak kalah menarik adalah Masjid Agung atau Masiid Gede Kauman, terletak disebelah Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta. Di masjid inilah gagasan Dahlan yang mengundang kontroversi dizamannya, ya’ni ingin merubah arah kiblat Masjid-masjid di Indonesia terutama di Jawa agar tepat menuju kearah kiblat Masjidil Haram di Mekkah mulai dicoba direalisasi beserta para santrinya. Namun gagasan ini ditentang oleh KH. Muhammad Chalil Kamaludiningrat, seorang kepala penghulu sekaligus representasi dari otoritas Keraton Yogyakarta karena dianggap melanggar aturan Keraton, bahkan sebagai konsekwensinya Dahlan pun diberhentikan sebagai khatib di Masjid Agung Yogyakarta.
Masih diwilayah Kampung Kauman obyek lain yang dikunjungi adalah makam Siti Walidah salah seorang penggagas lahirnya organisasi Aisyiyah, beliau adalah istri Kyai Dahlan dan akrab dipanggil Nyai Ahmad Dahlan. Atas jasa-jasanya memelopori kebangkitan perempuan Indonesia dengan organisasi Aisyiyah nya, pada tahun 1971, Presiden Soeharto mengukuhkannya sebagai Pahlawan Nasional.
Tak Cuma itu, obyek lain di sekitar Kampung ini cukup banyak, seperti: sekolah lanjutan yang pertama kali didirikan oleh Dahlan pada tahun 1919 bernama Hoogeschool Muhammadiyah yang kemudian berubah nama menjadi Mualimin dan Mualimat. Atau Rumah Sakit pertama milik Muhammadiyah, sekaligus rumah sakit Islam pertama di Indonesia, RS PKU Muhammadiyah, juga obyek-obyek lainnya. Dan yang menarik, Kampung Kauman dalam catatan sejarah telah melahirkan empat pahlawan nasional yang juga tokoh-tokoh Persyarikatan, yaitu: KH. Ahmad Dahlan, Nyai Ahmad Dahlan, KH. Fachruddin, dan Ki Bagus Hadikoesumo.
Tak Cuma menjelajah Kampung Kauman, rombongan pun melanjutkan napak tilas di Kampung Karangkajen tempat dimakamkannya Kyai Dahlan bersama beberapa tokoh Muhammadiyah lainnya di masa-masa awal. Terletak belasan kilo dari Kauman, kampung ini juga dikenal di kalangan warga Muhammadiyah sebagai Kampung Kaum Anshor nya Muhammadiyah, sementara Kauman adalah Kampung Kaum Muhajirinnya Muhammadiyah. Analog seperti Mekkah dan Madinah itu, tentu untuk memberikan apresiasi pada masyarakat Karangkajen waktu itu, yang dengan tangan terbuka menerima da’wah Dahlan secara damai tanpa perlawanan yang keras seperti yang dialami Dahlan di Kauman.
Inilah, beberapa obyek kunjungan yang bisa disebutkan, dari sekian banyak situs sejarah Persyarikatan yang ditawarkan oleh Biro Wisata usaha Muhammadiyah Genteng. Tentu saja, kegiatan ini tak bersifat eksklusif cuma untuk warga Muhammadiyah di Cabang Genteng, tetapi terbuka untuk Warga Muhammadiyah Surabaya dan umat Islam lainnya penghoby traveling atau wisata sejarah. Semoga Allah meridloi. Amin. (Amira Wakang-PCM Genteng Surabaya).
Masih diwilayah Kampung Kauman obyek lain yang dikunjungi adalah makam Siti Walidah salah seorang penggagas lahirnya organisasi Aisyiyah, beliau adalah istri Kyai Dahlan dan akrab dipanggil Nyai Ahmad Dahlan. Atas jasa-jasanya memelopori kebangkitan perempuan Indonesia dengan organisasi Aisyiyah nya, pada tahun 1971, Presiden Soeharto mengukuhkannya sebagai Pahlawan Nasional.
Tak Cuma itu, obyek lain di sekitar Kampung ini cukup banyak, seperti: sekolah lanjutan yang pertama kali didirikan oleh Dahlan pada tahun 1919 bernama Hoogeschool Muhammadiyah yang kemudian berubah nama menjadi Mualimin dan Mualimat. Atau Rumah Sakit pertama milik Muhammadiyah, sekaligus rumah sakit Islam pertama di Indonesia, RS PKU Muhammadiyah, juga obyek-obyek lainnya. Dan yang menarik, Kampung Kauman dalam catatan sejarah telah melahirkan empat pahlawan nasional yang juga tokoh-tokoh Persyarikatan, yaitu: KH. Ahmad Dahlan, Nyai Ahmad Dahlan, KH. Fachruddin, dan Ki Bagus Hadikoesumo.
Tak Cuma menjelajah Kampung Kauman, rombongan pun melanjutkan napak tilas di Kampung Karangkajen tempat dimakamkannya Kyai Dahlan bersama beberapa tokoh Muhammadiyah lainnya di masa-masa awal. Terletak belasan kilo dari Kauman, kampung ini juga dikenal di kalangan warga Muhammadiyah sebagai Kampung Kaum Anshor nya Muhammadiyah, sementara Kauman adalah Kampung Kaum Muhajirinnya Muhammadiyah. Analog seperti Mekkah dan Madinah itu, tentu untuk memberikan apresiasi pada masyarakat Karangkajen waktu itu, yang dengan tangan terbuka menerima da’wah Dahlan secara damai tanpa perlawanan yang keras seperti yang dialami Dahlan di Kauman.
Inilah, beberapa obyek kunjungan yang bisa disebutkan, dari sekian banyak situs sejarah Persyarikatan yang ditawarkan oleh Biro Wisata usaha Muhammadiyah Genteng. Tentu saja, kegiatan ini tak bersifat eksklusif cuma untuk warga Muhammadiyah di Cabang Genteng, tetapi terbuka untuk Warga Muhammadiyah Surabaya dan umat Islam lainnya penghoby traveling atau wisata sejarah. Semoga Allah meridloi. Amin. (Amira Wakang-PCM Genteng Surabaya).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar