oleh : Abdul Hakim, M.Pd.I
Selain makhluk aqliyah (berakal), manusia adalah makhluk nafsiyah (bernafsu). Dengan akal sehatnya, manusia bisa mengidentifikasi nilai baik-buruk, halal-haram, benar-salah, perintah-larangan, atau pahala-dosa. Ketika Alquran menyatakan Islam adalah agama wahyu yang benar, sempurna, dan universal maka akal sehat membenarkannya. Ketika Al-Qur’an menyatakan berzina, korupsi, berjudi, atau daging babi itu haram, maka akal sehat menyambutnya dengan kalimat shodaqolloh dan sami’na wa atho’na. Jika pilihan akal ini diwujudkan dalam bentuk perilaku yang dilandasi iman, maka jadilah amal salih yang mendatangkan pahala. Berkat akal sehat yang dilandasi iman, manusia jadi jujur, tulus, cerdas, kreatif, konstruktif, dan inovatif. Akhlak manusia jadi terpuji dan mulia.
Tetapi dengan nafsu, manusia tidak mampu menentukan baik-buruk, salah-benar, halal-haram, suci atau najis, perintah atau larangan. Nafsu bukan hanya gelap dan buta, bahkan cenderung keji dan merusak. Tentu, itu nafsu yang tidak mendapat rahmat dan hidayat-Nya. Jika nafsu dominan, manusia bisa jadi liar, bahkan buas dan beringas.
Akibat nafsu, manusia mudah mengidap psikopat atau penyakit jiwa : sombong, riya, dengki, rakus, bakhil, jahil dan dusta. Al-Qur’an menyebut, manusia bisa lebih jelek dari binatang anjing, babi, kera, atau keledai. Manusia bahkan bisa menjadikan nafsu sebagai tuhan. “Terangkanlah kepada-Ku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhan. Maka, apakah kamu dapat menjadi pelindung mereka? Atau, apakah kamu mengira kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami? Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya.” (Al-Qur’an Surat Al-Furqon ayat 43-44).
Akibat nafsu, terjadilah beragam perbuatan keji dan munkar, merusak, membunuh, berzina, memperkosa, merampas hak orang lain. Penjajahan, peperangan dan pembunuhan, dan penjarahan besar-besaran adalah ekspresi nafsiyah. Akibat nafsu berkuasa, Amerika dan sekutunya merusak, menghancurkan, memusnahkan, atau mengadu domba negeri-negeri muslim seperti Irak, Afganistan, Palestina, Libia, Siria, dan Mesir. Akibat nafsu dunia, Barat dan sekutunya melakukan infiltrasi budaya liberal, sekuler, hedonistik, dan materialistik.
Akibat nafsu yang dominan, suap, korupsi, prostitusi, penebangan hutan, pemabakaran lahan, penjarahan sumber alam terjadi setiap saat. Beratus pejabat legislatif, eksekutif, dan yudikatif terlibat kasus suap dan korupsi. Tidak ada partai dan departemen bersih. Anggota dewan, jaksa, hakim, pengusaha, ketua partai, menteri, direktur dan pejabat dan aparat lainnya banyak terjerat kasus gratifikasi, suap dan korupsi. Akibat kerakusan dan kekikiran, angka kemiskinan terus meningkat, kecemburuan dan kesenjangan sosial terus melebar. Aksi teror, premanisme, kekerasan, perampokan, dan penjarahan kian meningkat.
Akibat nafsu bebas, anak-anak, remaja dan generasi muda kita kehilangan orientasi hidup. Lahirlah generasi jelek dan sesat.
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, Maka mereka kelak akan menemui kesesatan,” (Al-Qur’an Surat Maryam ayat 59).
Generasi sesat adalah generasi bebas nilai. Kesadaran beragama rendah. Tidak menyadari ibadah sebagai orientasi hidup. Ibadahnya buruk, hidup hanya demi memenuhi dorongan nafsu. Mereka berinteraksi dengan geng-geng kriminal seperti geng judi, geng motor, geng curanmor, geng anjal, geng narkoba, geng seks bebas, geng miras, geng bonek, dan geng asosial atau asusila lainnya. Hamil di luar nikah, aborsi, penyakit HIV/AIDS di kalangan ABG, pelajar, dan mahasiswa adalah kasus-kasus yang kian meningkat, membuat kita miris, sedih, malu, marah, dan berduka, namun nyaris tidak berdaya.
Ya, semua kita bisa tidak berdaya jika merespon realitas sosial negeri yang sakit ini dengan pikiran subyektif, apalagi dengan kacamata negatif. Kasus dan krisis yang terjadi itu fakta dan realitas sosial. Dilakukan manusia dan menimpa anak-cucu Adam ini. Alloh tidak akan mengubah realitas sosial ini, kecuali manusia segera melakukan revolusi pencerahan diri.
Hijrah dan jihad adalah revolusi pencerahan diri dan sosial. Hijrah dari kebatilan menuju kebenaran hakiki. Hijrah dari gelap menuju cahaya. Dari gaya hidup jahiliyah menuju gaya hidup Islami. Hijrah dari gaya hidup sinkretis, materialistis dan hedonistis menuju purifikasi Islam. Hijrah dari sistem ekonomi, sosial, politik, pendidikan dan budaya sekuler menuju sistem Islam yang menawarkan rahmat bagi semesta. Hijrah dari kepemimpinan sekuler menuju kepemimpinan Islami. Hijrah dari penyakit-penyakit nafsi yang merusak dan merendahkan martabat menuju moralitas Islami. Hijrah dari budaya bebas nilai menuju budaya Islami. Tentu, harus dilakukan dalam energi jihad yang terencana dan terorganisasi.
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Al-Qur’an Surah Al-Ankabut ayat 69).
Jika para pemimpin bangsa, pejabat negara, pengusaha, ulama, umat, dan rakyat negeri ini mau dan bertekad hijrah meninggalkan penyakit nafsu, maka Alloh akan membuka pintu solusi bagi setiap krisis. Alloh akan menganugerahkan keberkahan dan rahmat sebagai buah manis hijrah dan jihad negeri kaya dan mayoritas muslim ini. Bila tidak, tentu selayaknya azab Alloh menimpa siapapun.
“Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (AHA).
Sambut Ramadhan 1442 Hijriyah
TV MUHAMMADIYAH (ADiTV Jogja)
# Langsung live dari Adi-TV Jogjakarta
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar