Sambut Ramadhan 1442 Hijriyah

Sambut Ramadhan 1442 Hijriyah

TV MUHAMMADIYAH (ADiTV Jogja)

Untuk dapat menonton konten ini anda perlu menginstall flash player
# Langsung live dari Adi-TV Jogjakarta

Minggu, 02 Februari 2014

KETIKA BENCANA DATANG MENYAPA


Indonesia negeri bencana. Beragam musibah besar melanda negeri kita dalam satu dasawarsa terakhir ini. Tahun 2004 gempa dan gelombang Tsunami meluluhlantakkan Aceh dengan korban meninggal lebih dari 200 ribu jiwa serta kerugian tak ternilai akibat rusaknya beragam infrastruktur. Ratusan ribu rumah, gedung, jembatan, tempat ibadah hancur, rata dengan tanah. Tahun 2006 negeri ini kembali diguncang musibah besar. Yogyakarta dan sekitarnya diguncang gempa bumi, menelan korban lebih dari 6000 jiwa meninggal dan dengan kerusakan pemukiman, sawah-ladang, tempat-tempat ibadah, jaringan telepon, air, serta berbagai fasilitas umum lainnya.

Di tahun yang sama, kita juga dikejutkan bencana semburan lumpur Lapindo di Porong Sidoarjo yang menenggelamkan puluhan ribu rumah, 70 tempat ibadah, sejumlah sekolah, pusat-pusat industri, bahkan jalan tol Surabaya-Gempol ikut terimbas dengan kerugian yang tak terhitung jumlahnya. Sampai sekarang ribuan korban Lapindo belum mendapatkan ganti rugi sepenuhnya.



Pada bulan Nopember 2009 Sumatera Barat diguncang gempa tektonik menelan korban 6500 jiwa meninggal. Jalan, jembatan, dan ribuan pemukiman hancur. Di tahun 2010 Gunung Merapi Yogya dengan mbah gembelnya meletus. Lebih dari 200 jiwa tewas. Sejumlah pemukiman, hutan dan sawah ladang hancur atau hangus terbakar lahar panas.

Di tahun ahun 2013 ini beragam bencana kembali terjadi. Nyaris di seluruh tanah air, bahkan. Gunung Sinabung di Tanah Karo mengalami erupsi, menyemburkan lahar panasnya, meluluhlantakkan hutan, area pertanian, ribhuan pemukiman, dan merusak sejumlah infrastruktur. Hingga awal tahun 2014 ini, erupsi Sinabung terus terjadi. Puluhan ribu penduduk mengungsi. Bersamaan dengan datangnya musim hujan 2013, banjir bandang melumpuhkan kota Manado dan sekitarnya di propinsi Sulut dengan korban dan kerugian tak terhingga. Jalan, jembatan, gedung-gedung dan sejumlah pemukiman hancur, tenggelam, atau hanyut dilanda banjir bandang. Puluhan korban tewas diseret arus air bah dari gunung dan perbukitan yang gundul dan penuh villa.

Di akhir tahun 2013 Jakarta dilanda banjir bandang. Seluruh wilayah ibukota nyaris lumpuh. Air bah melibas apa saja menggenangi rumah, gedung, sekolah, tempat ibadah, rumah sakit, jalan raya, Selain kiriman air bah dari Bogor, dan luapan Kali Ciliwung yang mengalami pendangkalan akibat sampah dan lumpur, juga karena naiknya air laut atau rob. Jakarta nyaris tenggelam. Tentu kerugian tak terhitung jumlahnya. Entah berapa trilyun. Infrastruktur terutama jalan rusak berat. Puluhan ribu jiwa harus mengungsi. Pusat-pusat ekonomi seperti pasar dan swalayan lumpuh.

Kini banjir bandang itu, juga melanda kota-kota di Jawa Barat, Jawa Tengah. Subang, Indramayu, Cirebon, Pati, dan Semarang. Bahkan, tidak terkecuali Jawa Timur,Kalimantan, Ambon, Ternate, Papua, Bali dan NTT terjadi banjir bandang. Selain kerugian material, penderitaan jutaan korban banjir, tanah longsor, erupsi gunung, gempa bumi dan bencana lainnya tentu butuh penguatan, selain menunggu uluran tangan. Mari kita berempati, ikut merasakan penderitaan berjuta saudara kita. Mari kita bermuhasabah, beragam bencana itu sesungguhnya akibat ulah manusia. Ya, bencana itu adalah potret diri bangsa kita yang tak kunjung segera belajar dan jera dari dosa komunal. Wallohu a'lam!  (Abdul Hakim Pimred majalah LAZISMU Surabaya).


BENCANA BISA KARENA ULAH MANUSIA

Dari Abu Hurairah ra berkata; bersabda Rasulullah saw "Apabila kekuasaan dianggap keuntungan, amanat dianggap ghanimah (rampasan), membayar zakat dianggap merugikan, beiajar bukan karena agama (untuk meraih tujuan duniawi semata), suami tunduk pada istrinya, durhaka terhadap ibu, menaati kawan yang menyimpang dari kebenaran, membenci ayah, bersuara keras (menjerit-jerit) di masjid, orang fasik menjadi pemimpin suatu bangsa, pemimpin diangkat dari golongan yang rendah akhlaknya, orang dihormati karena takut pada kejahatannya, para biduan dan musik (hiburan berbau maksiat) banyak digemari, minum keras/narkoba semakin meluas, umat akhir zaman ini sewenang-wenang mengutuk generasi pertama kaum Muslimin (termasuk para sahabat Nabi saw, tabi'in dan para imam muktabar).

“Maka hendaklah mereka waspada karena pada saat itu akan terjadi hawa panas, gempa, longsor dan kemusnahan. Kemudian diikuti oleh tanda-tanda (kiamat) yang lain seperti untaian permata yang berjatuhan karena terputus talinya (semua tanda kiamat terjadi)" (H.R. Tirmidzi).

Ketika terjadi bencana alam, paling tidak ada tiga analisa yang sering diajukan untuk mencari penyebab terjadinya bencana tersebut. Pertama, azab dari Allah karena banyak dosa yang dilakukan. Kedua, sebagai ujian dari Tuhan. Ketiga, Sunnatullahdalamartigejalaalamatauhukum alam yang biasaterjadi. Untuk kasus Indonesia ketiga analisa tersebut semuanya mempunyai kemungkinan yang sama besarnya. Jika bencana dikaitkan dengan dosa-dosa bangsa ini bisa saja benar, sebab kemaksiatan sudah menjadi kebanggaan baik di tingkat pemimpin (struktural maupun kultural) maupun sebagian rakyatnya, perintah atau ajaran agama banyak yang tidak diindahkan, orang-orang miskin diterlantarkan. Maka ingatlah firman Allah: "Jika Kami menghendaki menghancurkan suatu negeri, Kami perintahkanorang-orang yang hidup mewah (berkedudukan untuk taat kepada Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan daiam negeri tersebut, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya". (Q.S. Al-Isra'[17]: 16).

Apabila dikaitkan dengan ujian, bisa jadi sebagai ujian kepada bangsa ini, khususnya kaum Muslimin agar semakin kuat dan teguh keimanannya dan berani untuk menampakkan identitasnya. Sebagaimana firman Allah: "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan begitu saja mengatakan: Kami telah beriman', sedang mereka tidak diujilagi?" (Q.S. Al-Ankabut [29:2).

Akan tetapi, jika dikaitkan dengan gejala alam pun besar kemungkinannya, karena bumi Nusantara memang berada di bagian bumi yang rawan bencana seperti gempa, tsunami dan letusan gunung. Bahkan, secara keseluruhan bumi yang ditempati manusia ini rawan akan terjadinya bencana, sebab hukum alam yang telah ditetapkan Allah SwT atas bumi ini dengan ber bagai hikmah yang terkandung di dalamnya. Seperti pergerakan gunung dengan berbagai konsekuensinya. "Dan kamu lihat gunung-gunung itu kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal gunung-gunung itu bergerak sebagaimana awan bergerak. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh segala sesuatu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan".(Q.S. Al-Naml [27]: 88).

Di samping harus tetap bersikap optimis dan berupaya mengenali hukum-hukum Allah yang telah ditetapkan atas alam ini, adalah bijak untuk terus melakukan introspeksi terhadap keseriusan kita dalam menaati perintah-perintah Allah SwT dan menghitung-hitung kedurhakaan kita kepada-Nya.Sabda Rasulullah saw yang diriwayatkan Imam Tirmidzi di atas patut menjadi renungan bagi bangsa ini atas berbagai bencana yang menimpa secara bertubi tubi. Jika kita cermati hampir semua penyebab bencana yang disebut Rasulullah saw dalam Hadits tersebut tengah melanda bangsa ini.

Pertama, masalah kepemimpinan, amanah dan penguasa. Jika suatu bangsa memilih pemimpin yang tidak memenuhi syarat, baik (shalih), cakap/cerdas dan kompeten (gawiy) dan amanah (amin), maka kebangkrutan dan kehancuran sebuah bangsa tinggal menunggu waktu saja. Sebab, pemimpin seperti itu menganggap kekuasaan bukan sebagai amanah untuk menciptakan kesejahteraan dan ketentraman bagi rakyatnya, tetapi sebagai sarana dan kesempatan untuk memperkaya diri dan bersenang-senang. Akibatnya, perilaku korupsi merajalela, penindasan dan pemiskinan menjadi pemandangan yang lumrah, dan kebangkrutan moral menjadi hal yang sangat sulit untuk dihindari. Oleh karena itu, memilih pemimpin atau pejabat harus hati-hati dan selektif, sebab mereka akan memanggul amanah yang sangat berat.

Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah s.a.w. bersabda, "Jika amanat disia-siakan, maka tunggulah saatnya (kehancuran). Abu Hurairah bertanya; "Bagaimana amanat itu disia-siakan wahai Rasulullah?, Beliau menjawab,"Jika suatu urusan diserahkan pada orang yang bukan ahlinya (tidak memenuhi syarat)". (H.R. Bukhari).

Kedua, orang kaya tidak menunaikan kewajibannya. Zakat adalah kewajiban minimal bagi orang kaya untuk peduli kepada orang miskin. Jika kewajiban minimal ini tidak ditunaikan, maka kegoncangan sosial tdak bisa ditawar-tawar lagi, karena tindakan orang miskin yang terampas haknya tidak bisa dipersalahkan. Sehingga azab Allah menjadi keharusan (Al-Isra': 16). Demikian intisari istinbath Amirul Mu'minin Umar bin Khathab r.a. yang didukung Ibnu Hazm rahimallahu ta'ala.

Ketiga, hilangnya ketulusan dan kebijakan para ulama dan cendekiawan. Kerusakan yang ditimbulkan oleh penguasa dan pengusaha (orang kaya) itu akan menjadi-jadi jika ulama / cendekiawan sebagai pilar penting suatu bangsa yang bertugas untuk memberi peringatan dan beroposisi secara loyal terseret ke dalam kepentingan pragmatis para penguasa dan pengusaha tersebut. Aktualisasinya bisa berwujud pada terbitnya fatwa-fatwa pesanan yang tidak memihak orang-orang lemah dan tertindas serta opini yang menyesatkan dan membingungkan umat sebagai akibat terialu banyak menerima pemberian yang tidak jelas dan sering mengemis pada musuh-musuh Islam dan bangsa pada umumnya.

Karena ketulusan telah hilang, para ulama pun menjadi orang yang membuat gaduh di masjid dengan perdebatan dan berbantahan mengenai hal yang sudah diputuskan dengan jelas oleh Allah dan Rasul-Nya. Pada akhirnya, bukan hanya perintah Allah dan Rasul-Nya yang tidak diperhatikan dan disia-siakan. Akan tetapi para sahabat Rasul dan generasi mereka sesudahnya (ulama dari kalangan tabi'in dan tabi'tabi'in) sebagai generasi terbaik umat Muhammad saw menjadi bahan olok-olok dan ejekan dalam perbincangan mereka dengan merendahkan dan mencampakkan kezuhudan dan hasil ijtihad mereka yang cemerlang.

Jika ketiga pilar bangsa penguasa, pengusaha dan ulama atau cendekiawan sudah tidak menjalankan fungsi yang semestinya, maka kebangkrutan moral yang lain seperti durhaka pada orang tua, suami yang manut pada hawa nafsu istrinya, mewabahnya khamr, narkoba dan kesenangan pada hiburan yang memancing keliaran syahwat menjadi pemandangan yang biasa. Pada saat itu "kemarahan" Allah dipastikan tidak bisa dihalang-halangi untuk menghancurkan bangsa yang durhaka dengan AzabNya yang pedih. (Sumber : www.muhammadiyah.or.id).


BILA BENCANA ADA DI DEPAN MATA

Bencana adalah suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengan-cam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang dise-babkan, baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, keru-gian harta benda dan dampak psikologis.

Kita tidak ingin mengalami ben-cana, namun biasanya bencana datangnya tiba-tiba dan tidak dapat diprediksi dengan pasti. Statistik menunjukkan jumlah benca-na yang meningkat akhir-akhir ini. Untuk menghindari banyaknya korban ketika ter-jadi bencana, sebaiknya kita telah mem-persiapkan diri dan tahu apa langkah tepat yang harus segera dilakukan ketika benca-na tiba. Apa saja yang perlu dipersiapkan dan dilakukan saat terjadi gempa bumi, banjir, badai, ataupun gunung meletus?

Pastikan kita telah siap dengan hal-hal dasar berikut ini sejak awal sehing-ga ketika ada perintah evakuasi dari peme-rintah setempat, semua barang penting yang tercantum di bawah ini sebaiknya dimasukkan ke dalam sebuah tas yang kuat dan mudah dibawa ke mana-mana;

- Uang dan Salinan (foto copy) semua dokumen penting, dan disimpan dalam tempat yang kedap air.

- Kunci duplikat mobil maupun rumah.

- Air dalam kemasan untuk 3 hari, maka-nan kering atau makanan kaleng, dan makanan instan yang tidak cepat rusak.

- Handphone dengan persediaan batere cadangan.

- Senter, radio AM/FM atau tv portabel untuk memantau situasi terkini dengan batere cadangan.

- Perlengkapan P3K dan obat-obatan untuk 7 hari. Pastikan waktu kedaluwarsa masih lama.

- Pakaian, selimut, handuk, pembalut.

- Jas hujan dan sepatu yang kuat dan nyaman untuk berjalan jauh.

- Jika memiliki bayi, anak kecil, atau anggota keluarga yang cacat, siapkan juga persediaan khusus untuk mereka.

- Informasi daftar kontak dan nomor telepon darurat, serta lokasi pertemuan (meeting point) dan peta.

- Peluit, jika kemungkinan terburuk Anda tertimbun sebelum sempat keluar, peluit dapat membantu memudahkan petugas pencarian menemukan kita.

- Peralatan serba guna seperti obeng, tang, palu.

Berikut ini beberapa hal yang perlu didiskusikan dan diberitahukan kepada semua anggota keluarga :

- Buat daftar bencana yang bisa menimpa daerah kita. Informasi ini bisa didapatkan di kantor penanganan darurat setempat.

- Bahas dengan seluruh keluarga, bahaya bencana alam apa saja yang bisa terjadi. Lalu jelaskan penanganan tiap bencana.

- Sebaiknya buat latihan evakuasi untuk setiap bencana yang bisa terjadi. Buat skenario dan tetapkan tugas masing-masing anggota keluarga. Anak-anak kecil juga sebaiknya dilibatkan dalam latihan ini agar mereka tidak panik dan ketakutan saat bencana terjadi.

- Tegaskan kepada setiap anggota keluarga untuk tetap tenang saat terjadi bencana.

- Buat rencana di muka jika Anda dan anggota keluarga terpisah saat terjadi bencana. Anda dapat menentukan minimal dua lokasi pertemuan (meeting point), yaitu satu di area sekitar rumah untuk bencana seperti kebakaran atau banjir. Satu lagi tentukan lokasi yang lebih jauh dari rumah Anda, jika Anda tidak dapat kembali ke rumah.

- Pilih seorang teman atau kerabat yang tinggal di luar kota untuk menjadi peng-hubung keluarga. Jika keluarga tidak da-pat menghubungi kita, dan sebaliknya ki-ta sulit menghubungi mereka, teman ini bisa dijadikan tempat untuk berbagi info terkini. Karena lebih mudah menghubu-ngi teman di luar kota, sehingga kita dan keluarga bisa menelponnya dan membe-ritahu lokasi terkini masing-masing ang-gota keluarga. Kita tinggal menghubungi teman tersebut untuk mengetahui lokasi masing-masing anggota keluarga.

- Simpan semua nomor telepon darurat dan teman penghubung keluarga di setiap handphone anggota keluarga.

- Beritahu anggota keluarga tentang kapan dan cara mematikan sekering listrik, gas, dan air.


DARURAT BENCANA

Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pendampingan dan penanganan pengungsi, serta pemulihan sarana prasarana. Dalam situasi keadaan Darurat bencana sering terjadi kegagapan pananganan dan kesimpang-siuran informasi dan data korban maupun kondisi kerusakan, sehingga mempersulit dalam pengambilan kebijakan untuk penanganan darurat bencana.

Dalam keadaan darurat Sistem Koordinasi juga sering ku-rang terbangun dengan baik, Penyaluran bantuan, distribusi logistik sulit terpantau dengan baik sehingga kemajuan kegiatan penang-anan tanggap darurat kurang terukur dan terarah secara obyektif. Situasi dan kondisi di lapangan yang seperti itu disebabkan belum terciptanya mekanisme kerja Pos Komando dan Koordinasi.

Karena itu pada masa Tanggap Darurat Bencana diperlu-kan tindakan yang baik, terstruktur dan sistematis. Dalam kondisi tersebut diperlukan sebuah institusi yang menjadi pusat Komando dan Koordinasi kedaruratan bencana sesuai dengan lokasi dan tingkatan bencana yang terjadi. Pos Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat Bencana dapat dilengkapi dengan PosKo Lapang-an Tanggap Darurat Bencana dengan gugus tugas yang terdiri dari unit kerja yang saling terkait dan merupakan satu kesatuan system yang terpadu dalampenanganan Kedaruratan bencana. Semua persiapan yang dilakukan dalam kondisi darurat tersebut diarahkan untuk dapat memberikan pertolongan kepada korban bencana. (dari berbagai sumber).


MUHAMMADIYAH DAN PENANGGULANGAN BENCANA
Sebagai gerakan dakwah amar makruf nahi munkar yang juga bergerak di ranah sosial kemasyarakatan, khususnya dalam menghadapi situasi kegentingan dan kesengsaraan umum, PP. Muhammadiyah telah mendirikan Lembaga Penanggulangan Bencana atau Muhammadiyah Disaster Managemen center (MDMC). Institusi itu dibentuk dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi un-tuk melaksanakan penanggulangan Bencana. Kini MDMC telah ter-bentuk di tingkat Wilayah (Propinsi) dan Daerah (Kota/Kabupaten). Dalam kondisi bencana MDMC tampil memberikan pertolongan pertama, evakuasi, bantuan medis, logistik hingga rehabilitasi kepada korban bencana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


LAZISMU Surabaya

LAZISMU Surabaya
Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shodaqoh Muhammadiyah Surabaya

MARI BERAMAL NYATA

MARI BERAMAL NYATA