Pertanyaan:
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Saya menulis ini karena terkejut mendapati anak saya melakukan tindakan yang tidak sopan saat saya nasehati. Usianya 5 tahun saat ini. Hal ini tidak seperti biasanya, ia selalu mendengarkan dengan baik bila saya bicara, namun saat itu ia malah menjulurkan lidahnya seperti mengejek apa yang saya katakan. Emosi saya langsung terpancing. Saya bingung kenapa ia menjadi demikian? Padahal saya dan suami tidak ada yang pernah melakukan ini di hadapan anak. Apakan ini fase wajar dalam perkembangan anak? Apa yang harus saya lakukan? Tina - Surabaya
Jawaban:
Wa’alaikumsalam Wr. Wb. Bunda Tina yang sedang resah, perilaku mengejek bukanlah hal yang akan dilakukan oleh setiap anak, sehingga hal tersebut bukanlah hal yang wajar dalam perkembangan seorang anak. Meskipun Ayah dan Bunda tidak pernah melakukan hal tersebut dihadapan anak, lingkungan yang dapat memengaruhi perkembangan jiwa anak sangatlah luas. Ia bisa saja mempelajari hal tersebut dari teman-teman bermainnya atau dari televisi. Disinilah peran Ayah dan Bunda sangat diharapkan untuk dapat memfilter informasi apa saja yang telah dterima anak sehingga ia tidak serta merta meniru perilaku negatif yang pernah dilihatnya. Mengapa seorang anak dapat menjadi tertarik untuk melakukannya? Coba kita amati apa yang akan terjadi bila seorang anak ‘berhasil’ mengolok temannya entah dengan menjulurkan lidah, mengejek atau membantah secara lisan, umumnya akan mendapat ‘perhatian’ dari orang lain atau anak-anak lain berupa gelak tawa dari temannya atau teguran dari orang dewasa. Sehingga anak mempelajari kalau ia melakukan hal tersebut, ia akan mendapatkan ‘perhatian’ serupa dari lingkungannya. Kerapkali anak lain juga menirukan hal tersebut seolah ‘mengakui’ kalau perbuatan tersebut boleh dilakukan.
Bila Bunda sudah menemui Ananda melakukan hal demikian, yang pertama kali harus dilakukan adalah Abaikan bila apa yang dilakukan tidak membahayakan. Ada kemungkinan Ananda melakukan hal tersebut agar mendapat ‘perhatian’ serupa dari apa yang ia pelajari dari perilaku temannya. Sehingga memberikan respon yang berbeda seperti mengabaikan perilaku tersebut akan mengajari anak bahwa perilaku tersebut tidak efektif untuk memancing perhatian dari lingkungannya. Bila Ananda konsisten menerima respon tersebut, perilaku mengejek akan menghilang dengan sendirinya.
Jawaban:
Wa’alaikumsalam Wr. Wb. Bunda Tina yang sedang resah, perilaku mengejek bukanlah hal yang akan dilakukan oleh setiap anak, sehingga hal tersebut bukanlah hal yang wajar dalam perkembangan seorang anak. Meskipun Ayah dan Bunda tidak pernah melakukan hal tersebut dihadapan anak, lingkungan yang dapat memengaruhi perkembangan jiwa anak sangatlah luas. Ia bisa saja mempelajari hal tersebut dari teman-teman bermainnya atau dari televisi. Disinilah peran Ayah dan Bunda sangat diharapkan untuk dapat memfilter informasi apa saja yang telah dterima anak sehingga ia tidak serta merta meniru perilaku negatif yang pernah dilihatnya. Mengapa seorang anak dapat menjadi tertarik untuk melakukannya? Coba kita amati apa yang akan terjadi bila seorang anak ‘berhasil’ mengolok temannya entah dengan menjulurkan lidah, mengejek atau membantah secara lisan, umumnya akan mendapat ‘perhatian’ dari orang lain atau anak-anak lain berupa gelak tawa dari temannya atau teguran dari orang dewasa. Sehingga anak mempelajari kalau ia melakukan hal tersebut, ia akan mendapatkan ‘perhatian’ serupa dari lingkungannya. Kerapkali anak lain juga menirukan hal tersebut seolah ‘mengakui’ kalau perbuatan tersebut boleh dilakukan.
Bila Bunda sudah menemui Ananda melakukan hal demikian, yang pertama kali harus dilakukan adalah Abaikan bila apa yang dilakukan tidak membahayakan. Ada kemungkinan Ananda melakukan hal tersebut agar mendapat ‘perhatian’ serupa dari apa yang ia pelajari dari perilaku temannya. Sehingga memberikan respon yang berbeda seperti mengabaikan perilaku tersebut akan mengajari anak bahwa perilaku tersebut tidak efektif untuk memancing perhatian dari lingkungannya. Bila Ananda konsisten menerima respon tersebut, perilaku mengejek akan menghilang dengan sendirinya.
Yang kedua, disaat yang lain ajarilah Ananda untuk membangun empati, atau membangun kemampuan untuk peka terhadap perasaan orang lain. Mulailah dengan menanyakan apabila ia diejek oleh orang lain apa yang ia rasakan, maukah ia menerima perlakuan tersebut? Sehingga kita bisa menyampaikan bahwa Bunda juga tidak mau mendapat perlakuan seperti itu. Kemampuan berempati ini sudah mulai dapat dilatih saat anak berusia 3 tahun. Berikutnya bila Bunda ‘memarahi’ Ananda karena perilaku tersebut pastikan Bunda mengajari Ananda bagaimana menyalurkan emosi, misal dengan mengatakan “Bunda paham bahwa kamu marah karena dilarang bermain, tetapi bukan berarti kamu boleh mengejek/memukul/berteriak keras”. Lambat laun Ananda akan belajar mengungkapkan perasaannya dengan cara yang lebih patut diterima lingkungan.
Yang terakhir, bekali Ananda dengan kemampuan membedakan yang baik dan yang buruk serta kemampuan membuat pilihan yang benar. Harus disadari bahwa kita tidak akan dapat selamanya mengontrol pengaruh lingkungan terhadap anak sehingga kita harus senantiasa membekali Ananda dengan kemampuan-keampuan tersebut sehingga ia bisa menentukan sikap yang baik bila ada pengaruh negatif yang ia lihat di lingkungannya. Demikian jawaban dari saya, semoga dapat membantu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar