Oleh : Abdul Hakim, M.Pd.I.
Masjid adalah salah satu ikon utama umat
Islam. Keberadaan masjid tidak sekedar sebagai tempat ibadah ritual seperti
sholat dan aktifitas dzikir lainnya. Berbeda dengan tempat-tempat ibadah umat
lain, masjid memiliki banyak fungsi penting dan strategis bagi pembinaan umat. Sejarah keemasan Islam mencatat peran masjid sebagai pusat pencerahan
dan pemberdayaan. Selain sebagai pusat ibadah ritual atau komunikasi spiritual,
Rosululloh menjadikan masjid sebagai
pusat pendidikan Islam (Tarbiyatul Islam), dakwah, informasi, dan basis pembangunan
jamaah. Rosululloh menanamkan nilai-nilai Islam yang bersifat universal
tersebut dari masjid, selain dari bilik
sederhana beliau. Setelah hijrah ke Madinah, Rosululloh kemudian membangun
masjid pertama yakni masjid Quba sebagai
basis pembinaan umat. Nabi menjadikan
masjid Quba sebagai sentra pembinaan aqidah, syari’ah, ibadah, akhlak, dan dakwah, serta perjuangan
menegakkan Islam.
Berkat bimbingan Nabi Muhammad SAW, umat Islam mengalami revoluasi spiritual,
intelektual, emosional, social, dan kultural. Kehadiran Nabi di belantara kehidupan
masyarakat jahiliyah tersebut digambarkan Alquran sebagai pencerah dari gelap
menuju cahaya (min adzdzulumati ila an nuur). Berkat bimbingan
nilai-nilai Islam, masyarakat mengenal eksistensi Tuhan dan menjadikan hidup
sebagai ladang penghambaan kepada-Nya. Berkat Islam, manusia mengenal
eksistensinya sebagai khalifah, mengenal tatahukum, norma, etika, dan akhlaq
yang bersifat universal. Berkat Islam, manusia mengenal eksistensi alam raya
sebagai ciptaan-Nya, sekaligus sebagai sarana untuk melaksanakan amanat
ketuhanan, kemanusiaan dan kesemestaan.
Sejarawan besar, Lamartine,
sebagaimana dikutip Syafii Antonio dalam “Muhammad Saw, The Super Leader
Super Manajer”, 2009, dengan takjub menyatakan, “Apakah ada manusia
yang lebih hebat dari Muhammad? Dia adalah filsof orator, rasul, legislator,
panglima perang, negosiator ulung, enovator, dan leader, pemimpin negara
berasas agama.” Syafii Antonio menyimpulkan sukses-sukses kepemimpinan
Rosululloh meliputi Bidang Kepemimpinan
dan Pengembangan Diri (Leadership & Personal Development), Kepemimpinan
Bisnis dan Kewirausahaan (Business & Enterepreneurship Leadership),
Manajemen Dakwah, Kepemimpinan Sosial-Politik, Guru Pembelajaran dan Peradaban,
Pengembangan Hukum, dan Pemimpin Militer
Michael H. Hart dalam “The 100
a Ranking of The Most Persons in History” memilih Muhammad sebagai
tokoh paling berpengaruh sepanjang sejarah manusia. Menurut Hart, Muhammad
adalah satu-satunya tokoh yang berhasil meraih sukses luar biasa baik dalam
bidang spiritualitas, maupun dalam bidang kemasyarakatan. Hart menulis,
Muhammad berhasil mengelola bangsa yang semula keras, egoistis, barbar,
terbelakang, terpecah-belah menjadi bangsa yang maju dalam bidang ekonomi,
social, politik, pendidikan, budaya, dan militer. Muhammad adalah guru
peradaban yang melahirkan tokoh sekaliber khalifah Abu Bakar, Umar bin Khottob,
Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Tholib. Era kekhalifahan ini kemudian
dilanjutkan dengan melahirkan tokoh-tokoh besar di masa Umayyah, Abbasiyah, dan
Usmaniyah.
Berkat Islam, ilmu pengetahuan dan
teknologi berkembang pesat. Selama kurun waktu sembilan abad Islam melahirkan
puncak peradaban emas. Muncul berbagai temuan baru dalam bidang teologi,
filsafat, Aljabar, kimia, fisika, biologi,
botani , dan seni. Demikian pula arsitektur,
astromi, ilmu kedokteran. geografi, dan
moneter. Dalam bidang teologi dan filsafat kita mengenal nama besar Al-Ghozali,
Ibnu Taymiyah, Ibnu Rusyd, dan Rumi. Dalam bidang Kedokteran kita mengenal Ibnu
Sina dan Al-Kindi. Dalam bidang Sejarah kita mengenal sejarawan Ibnu Khaldun.
Sejarah kemudian mencatat peradaban
Islam berkembang pesat menggululi peradaban mana pun. Peradaban Islam Eropa,
Yunani, Persia, dan Cina. Selain Makkah dan Madinah kita mengenal kota-kota
peradaban Islam di Spanyol, Turki, Mesir, Persia, Cina, India, sampai
Indonesia. Beragam peninggalan peradaban Islam tampak dari beragam bangunan
megah seperti Masjid Cordoba di Spanyol, Istana Alhambra, masjid Aya Sophia,
Masjid Al Azhar Kairo, Masjid Biru di Istambul Turki, Masjid Umayyah di
Damaskus.
Pusat-pusat pendidikan dan
pengembangan ilmu pengetahuan berdiri
megah di Irak, Persia, Mesir, Spanyol, Turki, dan di berbagai kota besar
lainnya di Eropa, Afrika Utara, dan Asia. Universitas Nizamiyah dan Al-Azhar
Kairo serta berbagai perpustakaan besar dibangun di Bagdad, Persia, di Mesir, dan Turki. Demikian pula
rumah sakit besar berdiri seperti Al-Dudi di Bagdad, Al-Nuri di Damaskus,
Al-Manshuri di Kairo, dan Al-Marakisy di Maroko.
Puncak-puncak peradaban itu tentu
bukan sekedar jejak kejayaan masa lalu
yang menjadi catatan sejarah. Puncak-puncak peradaban itu adalah energy
yang harus mengilhami umat Islam untuk membangun peradaban Islam di era modern.
Ketika dunia di landa krisis multidimensi, khususnya krisis moral, dunia
sebenarnya tengah menunggu bangkitnya peradaban baru Islam, yakni peradaban
yang dilandasi kemurnian Aqidah, kemajuan ilmuj pengetahuan dan teknologi untuk
penyelamatan harkat dan martabat kemanusiaan.
Puncak-puncak peradaban Islam itu
lahir, tumbuh, dan besar dari masjid sebagai pusat pencerahan peradaban.
Beratus ribu masjid di negeri ini sudah saatnya diberdayakan selain sebagai
pusat ibadah, juga menjadi pusat pencerahan bagi kebangkitan umat Islam dalam
bidang ilmu-pengetahuan dan teknologi, ekonomi, budaya, social, politik, hukum,
pendidikan, lingkungan hidup, dan beragam hajat kemanusian universal lainnya.
Tentu, peran dan fungsi masjid tidak dapat dipisahkan dengan sistem manajemen
dan kualitas sumber daya manusia pengelola, serta umat Islam secara
keseluruhan.
Surabaya, Robiul Awal 1434
Tidak ada komentar:
Posting Komentar