Oleh : Drs. Najib Sulhan, M.A
Setiap tanggal 2 Mei bangsa Indonesia selalu memperingati Hari Pendidikan Nasional. Tahun 2011 yang lalu tema besar yang diangkat adalah ”Pendidikan Karakter sebagai Pilar Kebangkitan Bangsa”. dengan sub tema ”Raih Prestasi Junjung Tinggi Budi Pekerti”. Kini sudah satu tahun berlalu, bagaimana hasilnya?
Berbicara karakter sekolah adalah berbicara guru, karena karakter sekolah adalah karater guru. Gambaran karakter guru di sekolah, maka itulah potret dan gambaran siswa yang ada. Untuk mengetahui lingkungan sekolah itu berkarakter, maka setiap individu, khususnya guru bisa membuat parameter diri. Berikut ini langkah mudah untuk melihat diri sebagai guru berkarakter.
Pertama, pastikan bahwa Anda adalah guru yang bisa diterima anak didik. Guru bisa diterima karena siswa merasa aman. Siswa tidak merasa mendapat ancaman, jauh dari olok-olok, baik olok-olok terhadap anak didik maupun yang lain. Menebarkan aura positif dari sikap dan ucapan. Bahkan dari raut muka tidak menampakkan wajah yang angker dan menakukan.
Penerimaan siswa kepada guru diekspresikan dengan berbagai bentuk. Kadang dengan memberikan senyuman pada guru, kadang segera duduk manis, dll. Begitu juga penolakan, diekspresikan denga berbagai bentuk. Kadang siswa cuek saat guru datang. Kadang ditampakkan dengan wajah cemberut. Ada pulang tang sibuk dengan urusannya sendiri tanpa memperhatikan guru yang ada di kelas.
Kedua, pastikan bahwa Anda adalah guru yang dicintai anak didik. Guru yang dicintai keberadaannya selalu menyenangkan. Senang dan tidak senang adalah urusan hati. Jika hati sudah mulai senang, maka menjadi kunci pembelajaran lebih efektif. Perasaan senang bisa menghilangkan skat antara guru dan siswa. Guru yang dicintai membuat jarum jam di dinding berjalan begitu cepat. Waktu seolah cepat berlalu dan pembelajaran tidak terasa, begitu menyenangkan.
Sesungguhnya yang membuat senang dan tidaknya anak terhadap guru, tidak lepas dari sikap guru. Guru yang masuk dengan penuh keramahan, keyakinan, motivasi, maka cepat mendapatkan respon positif dari anak didik. Apalagi guru melihat dan tahu kebutuhan anak didiknya. Sebaliknya, ketika guru membosankan, maunya sendiri, tidak tahu persoalan anak, proses pembelajaran menjadi terasa lama. Seolah-olah jarum jam berputar lambat. Keadaan seperti ini akan menjadi tembok penghalang dalam proses pembelajaran antara guru dengan siswa. Pembelajaran pun tidak akan berjalan dengan baik.
Ketiga, pastikan bahwa Anda adalah Guru yang Dipercaya anak didik. Guru yang dipercaya adalah guru yang selalu memberikan pengaruh positif bagi anak didik. Anak didik percaya kepada guru bukan sekedar karena guru menyenangkan, tetapi ada nilai tambah (value) bagi anak didik. Guru ini banyak memberikan manfaat. Selain menyenangkan, guru memiliki kompetensi sebagai seorang guru. Guru menguasai kondisi anak, baik secara akademik maupun secara psikologi. Guru mampu menyajikan materi secara baik dan benar. Secara baik berdasarkan pendekatan, metode, dan teknik yang sesuai. Secara benar karena guru menguasai materi yang diajarkan, hingga tidak sampai salah konsep.
Ada dua indikator utama bagi guru yang dipercaya. Pertama, guru memberikan materi yang menarik perhatian. Pembelajaran berjalan menyenangkan dengan berbagai model. Kedua, guru memberikan materi yang tepat. Hasil yang dicapai adalah anak mudah memahami materi. Proses pembelajaran berjalan menyenangkan dengan hasil yang maksimal. Hal ini karena anak-anak percaya. Apapun yang dilakukan dan dikatakan oleh guru, selalu dipercaya dan diterapkan dengan sungguh-sungguh.
Keempat, pastikan bahwa kehadiran Anda dirindukan anak didik. Guru yang dirindukan adalah guru yang selalu dinanti kehadirannya oleh siswa. Ketika tidak hadir karena ada halangan selalu dicari. Ketika pergi ditangisi. Guru dirindukan mempunyai daya magnetis luar biasa. Guru yang dirindukan, kehadirannya sangat dinanti. Selain karena dipercaya, juga dicintai oleh anak didik.
Kelima Pastikan bahwa Anda menjadi guru wajib bagi anak didik. Guru wajib adalah guru yang kehadirannya menjadi wajib. Untuk menjadi guru wajib, maka guru harus bisa memandang anak didik sebagai orang penting. Guru wajib tidak pernah meremehkan anak didik. Mengajar penuh perhatian dan berasumsi bahwa anak-anak kelak akan menjadi penerus energi positif seorang guru. Begitu juga siswa, pasti akan memandang bahwa kehadiran guru sangat penting.
Guru wajib telah berada pada posisi tertinggi. Kehadiran guru wajib menjadi inspirasi bagi siswa. Bukan hanya siswa, tetapi juga untuk guru-guru yang lain. Guru wajib tidak pernah mengeluhkan tentang anak. Guru wajib memberikan perhatian penuh pada anak. Guru wajib adalah guru tangguh yang senantiasa berusaha mencari solusi dalam setiap kesulitan yang dihadapi, tanpa menyalahkan kanan kiri. Itulah parameter guru berkarakter.
Untuk bisa menjadi guru yang diterima, dicintai, dipercaya, dan dirindukan, maka bermula dari hati. Segala persoalan mengalir dari hati. Hati yang ikhlas dalam mengabdi, akan mengalirkan nilai-nilai suci. Guru yang berangkat dari niat yang benar, maka akan terpancar ketulusan yang tercermin dalam kata dan perbuatan. Selalu Berusaha untuk memberikan yang terbaik dalam memberikan solusi.
Guru dengan niat yang baik dan benar, tak pernah berhenti untuk belajar. Selalu menyadari bahwa dunia pendidikan selalu berubah. Bahkan perubahan dunia pendidikan tidak dalam hitungan tahun, tetapi bulan, bahkan hari. Ketika guru merasa selalu pada zona nyaman, sesungguhnya belum aman. Hanya yang mau berbenah, mau berubah lebih baik yang siap mengikuti arus perkembangan zaman. Sementara yang tidak mau berubah, merasa cukup, dan tidak mau belajar akan digilas zaman dan akan tetap berjalan di tempat.
Drs. Najib Sulhan, M.A
Penulis Buku-buku Pendidikan, Praktisi Pendidikan dan Dewan Redaksi Majalah LAZISMU
Sambut Ramadhan 1442 Hijriyah
TV MUHAMMADIYAH (ADiTV Jogja)
# Langsung live dari Adi-TV Jogjakarta
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar