Banyak orang mengalami kehampaan hidup. Tak tahu apa yang harus dilakukan. Untuk apa dan untuk siapa ia melakukan. Apa akibatnya bila ia melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Ketika godaan hidup di depan mata, ia buta dan gelap. Tidak dapat membedakan mana halal dan mana haram. Mana baik , mana buruk. Mana hidup mulia dan mana hidup hina. Mana hak dan mana kewajiban. Mana taat dan mana durhaka. Berzina, berjudi, minuman keras, selingkuh, menipu, merusak, korupsi, suap, memfitnah, mengumpat, dan membunuh itu hal biasa. Bagi mereka, hidup ini bebas! Tidak perlu ada hukum, nilai, norma, atau tatakrama. Semua halal, apa pun yang hendak mereka lakukan boleh-boleh saja. Tak ada larangan dan tidak ada yang berhak melarang. Yang penting happy, enjoy, and fun.Tetapi, kesenangan yang mereka perjuangkan ternyata tak banyak memberi makna, selain sebatas kenikmatan perut atau syahwat belaka. Harta, pangkat, jabatan, dan gelar ternyata tidak memuliakan manusia. Sebab, atribut itu didapatkan dengan menghalalkan segala cara. Banyak pejabat meraih sukses dengan mengorbankan rakyat. Banyak pengusaha sukses dengan menipu konsumen. Banyak penguasa berhasil dengan mengorbankan karyawan. Banyak anggota dewan sukses dengan mengelabui rakyat. Tidak sedikit orang menjadi OKB alias orang kaya baru berkat kosupsi dan suap.
Banyak orang tidak siap menghadapi musibah. Ketika musibah menimpa, ia pun tidak tahu harus berbuat apa. Panik dan bingung! Musibah baginya adalah bentuk ketidakadilan. Mengapa musibah harus menimpa dirinya. Mengapa dan mengapa dirinya yang harus ditimpa musibah. Musibah yang satu datang, musibah yang lain menghadang. Sungguh tidak masuk akal. Maka, setiap saat ia menggugat. Menggugat Tuhan, atau menggugat manusia. Tuhan tidak adil. Banyak manusia dholim kepadanya. Ia pun menjerit, stress, frustasi, trauma dan depresi. Trauma dan depresi menjadi sumber putus asa. Hari ini kita melihat betapa banyak orang mengalami keputusasaan. Kaya putus asa. Miskin putus asa. Cantik putus asa, tampan putus asa. Pejabat putus asa. Artis putus asa. Rakyat putus asa. Remaja, pelajar, mahasiswa putus asa. Sarjana putus asa. Orang tua putus asa. Keputus-asaan menimpa siapa saja!
Lihatlah, hampir setiap saat kita disuguhi berita keputusasaan. Sebagian mereka salurkan dalam bentuk amuk, unjuk rasa dengan melakukan kekerasan, pengrusakan, membakar, membunuh, dan menjarah. Mereka menyalurkan ketidakpuasan dengan cara mereka. Mereka merasa tidak lagi menemukan kanal dan muara yang dapat memenuhi harapan dari setumpuk keputusasaan yang sudah sekian lama menggumpal. Sungguh ironis.
Keputusaasaan adalah kegelapan. Ketika keputusasaan menimpa, orang bisa kehilangan hati nurani dan akal sehat. Manusia bisa berbuat nekat. Merusak, membakar, membunuh, menenggak minuman keras, merampok, korupsi atau berzina adalah bentuk-bentuk kenekatan. Atau yang tidak kalah nekatnya adalah orang akhirnya bunuh diri. Minum racun, terjun dari ketinggian, gantung diri, over dosis, bunuh diri di lintasan KA, dan berbagai cara tragis lainnya. Jangan heran bila semakin banyak orang melakukan bunuh diri. Apa sebab? Hidup serasa hampa! Mereka tidak tahu apa makna hidup! Mereka merasa kalah dan menjadi korban pergulatan. Mereka juga tidak tahu, masih adakah Tuhan!
Abdul Hakim, M.Pd.I
Wakil Ketua LAZISMU Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar