Sambut Ramadhan 1442 Hijriyah

Sambut Ramadhan 1442 Hijriyah

TV MUHAMMADIYAH (ADiTV Jogja)

Untuk dapat menonton konten ini anda perlu menginstall flash player
# Langsung live dari Adi-TV Jogjakarta

Sabtu, 23 Februari 2013

STRESS MENJAWAB PERTANYAAN SI KECIL


Bersama : Rahma Kusumandari, S.Psi Pengasuh UPTD Kampung Anak Negeri – Dinsos Kota Surabaya

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Ibu, saya memiliki seorang putri yang berusia 3,5 tahun. Kemampuan bicaranya sudah cukup bagus, hingga membuat saya stress karena dia mulai member pertanyaan-pertanyaan yang kritis hingga saya kewalahan menjawabnya. Seperti “kenapa burung bisa terbang, kok adik nggak?”, “air hujan datang dari mana?”, “apakah langit tidak kehabisan air kalau hujan turun terus?”, dll. Saya khawatir kalau dia sudah lancar membaca malah banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang dia lontarkan. Bagaimana seharusnya sikap bijak orangtua dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan anak ini? Terima kasih. Yudi – Dharmawangsa, Surabaya  

Jawaban:
Wa’alaikumsalam Wr. Wb.
     Bapak Yudi yang terhormat, seharusnya Anda patut bangga dan berbahagia memiliki putri yang cukup cerdas dan Insya Allah kreatif ke depannya bila Bapak dan Ibu akan bersabar mendampinginya selalu. Usia anak Bapak memanglah usia dimana rasa ingin tahu anak sangat besar sehingga jangan heran bila anak sering melontarkan pertanyaan. Pertanyaan merupakan salah satu cara kita hidup sampai sekarang lo. Penemuan-penemuan ilmiah juga lahir dari pertanyaan-pertanyaan. Oleh karena itu bapak tidak perlu khawatir kelak anak akan memiliki pertanyaan yang lebih rumit. Bapak seharusnya lega, karena pertanyaan-pertanyaan anak mencerminkan stimulasi yang diberikan kepadanya dapat melatih kreativitasnya. hal tersebut dsebabkan karena sikap kritis anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan di mana ia dibesarkan. Anak yang kritis biasanya mendapat kebebasan untuk mengemukakan pendapat, tanpa takut dimarahi. Selain itu, sikap kritis juga sangat dipengaruhi oleh rangsangan dari luar, seperti buku, televisi, majalah, informasi yang diterima dari lingkungan sekitarnya.


     Adapun kiat-kiat dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan kritis anak adalah sebagai berikut:
1.    Jawablah pertanyaan anak dengan bahasa yang sederhana dan dapat dimengerti oleh anak. Penalaran anak masih belum mampu memahami penalaran tingkat tinggi yang dimiliki orang dewasa. Perlu dipahami bahwa pertanyaan rumit dari anak tidak memerlukan jawaban yang rumit karena hal tersebut dapat menyebabkan anak menjadi lebih bingung.
2.   Bersikap jujur pada Anak. Bila pertanyaan anak terlalu sulit sehingga orangtua tidak bisa menjawabnya, hendaknya orangtua jujur dan janjikan bahwa ia akan segera mendapatkan jawabannya di lain waktu. Anda bisa mengatakan “nanti ya Bapak cari dulu jawabannya di computer” atau “coba nanti kita tanyakan sama Ibu, mungkin Ibu tahu.” Sikap ini juga mengajarkan kepada anak bahwa ketidaktahuam adalah hal yang wajar. Kita perlu menyadari bahwa anak tidak membutuhkan jawaban dengan segera. Pastikan bahwa anak akan tetap mendapatkan jawaban meskipun dilain waktu dan hindari untuk menjawab pertanyaan anak dengan jawaban sekenanya karena hal tersebut dapat menyesatkan pemahaman anak.
3.   Bersikaplah terbuka dengan setiap pertanyaan anak. Anak belum memahami etika pertanyaan mana yang pantas ditanyakan didepan umum dan mana yang tidak. Maka, bila Anda menemui anak Anda menanyakan hal yang Anda anggap tabu di depan umum, janganlah menanggapinya dengan emosional. Karena hal tersebut dapat menyebabkan anak menjadi takut untuk bertanya di kemudian hari sehingga proses kreativitasnya dapat menjadi terhambat.
Demikian jawaban dari saya, semoga dapat membantu. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


LAZISMU Surabaya

LAZISMU Surabaya
Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shodaqoh Muhammadiyah Surabaya

MARI BERAMAL NYATA

MARI BERAMAL NYATA