Bersama : Rahma Kusumandari,
S.Psi Pengasuh UPTD Kampung
Anak Negeri – Dinsos Kota Surabaya
Assalamu’alaikum Wr.
Wb. Ibu,
saya memiliki seorang putri yang berusia 3,5 tahun. Kemampuan bicaranya sudah
cukup bagus, hingga membuat saya stress karena dia mulai member
pertanyaan-pertanyaan yang kritis hingga saya kewalahan menjawabnya. Seperti
“kenapa burung bisa terbang, kok adik nggak?”, “air hujan datang dari mana?”,
“apakah langit tidak kehabisan air kalau hujan turun terus?”, dll. Saya
khawatir kalau dia sudah lancar membaca malah banyak lagi pertanyaan-pertanyaan
yang dia lontarkan. Bagaimana seharusnya sikap bijak orangtua dalam menghadapi
pertanyaan-pertanyaan anak ini? Terima kasih. Yudi –
Dharmawangsa, Surabaya
Jawaban:
Wa’alaikumsalam
Wr. Wb.
Bapak
Yudi yang terhormat, seharusnya Anda patut bangga dan berbahagia memiliki putri
yang cukup cerdas dan Insya Allah kreatif ke depannya bila Bapak dan Ibu akan
bersabar mendampinginya selalu. Usia anak Bapak memanglah usia dimana rasa
ingin tahu anak sangat besar sehingga jangan heran bila anak sering melontarkan
pertanyaan. Pertanyaan merupakan salah satu cara kita hidup sampai sekarang lo.
Penemuan-penemuan ilmiah juga lahir dari pertanyaan-pertanyaan. Oleh karena itu
bapak tidak perlu khawatir kelak anak akan memiliki pertanyaan yang lebih
rumit. Bapak seharusnya lega, karena pertanyaan-pertanyaan anak mencerminkan
stimulasi yang diberikan kepadanya dapat melatih kreativitasnya. hal tersebut
dsebabkan karena sikap kritis anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan di mana
ia dibesarkan. Anak yang kritis biasanya mendapat kebebasan untuk mengemukakan
pendapat, tanpa takut dimarahi. Selain itu, sikap kritis juga sangat
dipengaruhi oleh rangsangan dari luar, seperti buku, televisi, majalah,
informasi yang diterima dari lingkungan sekitarnya.
Adapun
kiat-kiat dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan kritis anak adalah sebagai
berikut:
1.
Jawablah
pertanyaan anak dengan bahasa yang sederhana dan dapat dimengerti oleh anak.
Penalaran anak masih belum mampu memahami penalaran tingkat tinggi yang
dimiliki orang dewasa. Perlu dipahami bahwa pertanyaan rumit dari anak tidak
memerlukan jawaban yang rumit karena hal tersebut dapat menyebabkan anak
menjadi lebih bingung.
2.
Bersikap
jujur pada Anak. Bila pertanyaan anak terlalu sulit sehingga orangtua tidak
bisa menjawabnya, hendaknya orangtua jujur dan janjikan bahwa ia akan segera
mendapatkan jawabannya di lain waktu. Anda bisa mengatakan “nanti ya Bapak cari
dulu jawabannya di computer” atau “coba nanti kita tanyakan sama Ibu, mungkin
Ibu tahu.” Sikap ini juga mengajarkan kepada anak bahwa ketidaktahuam adalah
hal yang wajar. Kita perlu menyadari bahwa anak tidak membutuhkan jawaban
dengan segera. Pastikan bahwa anak akan tetap mendapatkan jawaban meskipun
dilain waktu dan hindari untuk menjawab pertanyaan anak dengan jawaban
sekenanya karena hal tersebut dapat menyesatkan pemahaman anak.
3.
Bersikaplah
terbuka dengan setiap pertanyaan anak. Anak belum memahami etika pertanyaan
mana yang pantas ditanyakan didepan umum dan mana yang tidak. Maka, bila Anda
menemui anak Anda menanyakan hal yang Anda anggap tabu di depan umum, janganlah
menanggapinya dengan emosional. Karena hal tersebut dapat menyebabkan anak
menjadi takut untuk bertanya di kemudian hari sehingga proses kreativitasnya
dapat menjadi terhambat.
Demikian
jawaban dari saya, semoga dapat membantu. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar