Sambut Ramadhan 1442 Hijriyah

Sambut Ramadhan 1442 Hijriyah

TV MUHAMMADIYAH (ADiTV Jogja)

Untuk dapat menonton konten ini anda perlu menginstall flash player
# Langsung live dari Adi-TV Jogjakarta

Minggu, 25 Desember 2011

KAJIAN PENGUATAN KEPEMIMPINAN MPK PDM SURABAYA

 
Dalam rangka mengurai benang kusut perkaderan di tubuh Persyarikatan khususnya di tingkat kota Surabaya Majelis Pendidikan Kader (MPK) PDM Surabaya menyelenggarakan KAJIAN PENGUATAN KEPEMIMPINAN UNTUK KELANGSUNGAN PERSYARIKATAN dengan tema "TRANSFORMASI KADER & PENGUATAN KEPEMIMPINAN BERMUHAMMADIYAH". Acara dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 24 Desember 2011, mulai pk.13.00 s/d pk.1600WIB, di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Jl. Sutorejo 73-77 Surabaya. Pembicara adalah : DR. Khoiruddin Bashori dari PWM. DIY, Ir. Miftahul Abror, M.Sc. (MPK-PWM Jatim) dan Drs.Zayyin Chudori, M.Ag (Ketua PDM Surabaya).

Kajian yang dihadiri sekitar 150 peserta yang terdiri dari : alumni Baitul Arqom 2010, PCM se-Surabaya, Pimpinan Amal Usaha Muhammadiyah dan Pimpinan Ortom tingkat Surabaya membahas berbagai permasalahan kader dan proses regenerasi kepemimpinan di tubuh Persyarikatan yang terkesan mandeg. Berbagai problem membelit proses perkaderan di tubuh organisasi 'Sang Pencerah'  yang dirasakan sudah saatnya dilakukan langkah-langkah antisipatif solutif agar tidak semakin parah di masa mendatang.

Pada sesi pertama Drs.Zayyin Chudori, M.Ag (Ketua PDM Surabaya) menyoroti masalah krisis kader secara kuantitas sehingga berakibat proses regenerasi formal yg tidak tuntas khususnya di beberapa PCM/PRM dan Organisasi Otonom AMM. Menurut Zayyin situasi dan kondisi eksternal memang sedikit banyak mempengaruhi dan tidak mendukung proses kaderisasi. Disamping itu kini semakin maraknya ideologi-ideologi lain (ideologi nonMuhammadiyah) yg menarik minat anak-anak muda muslim yang merupakan keluarga besar Muhammadiyah masuk ke dalamnya. Ironisnya konflik kepentingan internal yg kontraproduktif terhadap proses kaderisasi justru tengah mewarnai jalannya organisasi baik di tingkatan Pimpinan maupun Amal Usaha.Faktor yang memperparah adalah banyaknya warga Muhammadiyah yg belum memahami secara utuh tentang ideologi Muhammadiyah, seperti yang tertuang dalam Muqaddimah AD/ART, Khitah Perjuangan Muhammadiyah, Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah, 12 Langkah Muhammadiyah, serta Pedoman Hidup Islami warga Muhammadiyah. Untuk itu menurut Zayyin perlu dilakukan lompatan strategi perkaderan yang besar namun terprogram secara sistematis dan bersifat menyeluruh di segala lini Persyarikatan Muhammadiyah. Secara struktural perkaderan formal juga harus dipergiat disertai dengan sertifikasi kelayakan kader. Sehingga alumni perkaderan formal Muhammadiyah benar-benar memiliki kualifikasi standar disamping kecakapan khusus pendukung lainnya.

Sementara itu Ir. Miftahul Abror, M.Sc, Wakil Ketua Majelis Pendidikan Kader PWM Jatim menyoroti tentang Proses Kaderisasi; Harapan dan Kenyataan. Sebelumnya ia mengingatkan bahwa kader adalah kesatuan elit dalam suatu organisasi yg merupakan kumpulan orang-orang pilihan dengan fungsi sebagai inti penggerak organisasi dan juga berperan sebagai pimpinan. Karena itu kader harus mempunyai arah dan tujuan yang jelas dan mempunyai keterkaitan yang erat dengan komunitasnya serta memainkan peran-peran penting terutama dalam kegiatan dakwah di masyarakat. Kader yang sukses harus bisa memberikan kebanggaan bagi organisasi dan komunitasnya. Untuk itu sebelum memulai proses perkaderan harus benar-benar dipersiapkan terlebih dahulu secara matang, seperti proses seleksi, perekrutan, pelatihan, pembinaan, dan promosi serta penempatan kader pada posisi-posisi organisasi.

Sementara pada sesi kedua DR. Khoiruddin Basori memberikan penjelasan bagaimana sebaiknya perkaderan ideal yang harus dilaksanakan untuk meminimalisir krisis kader. Salah satunya adalah perkaderan secara berjenjang dari tingkatan yang paling dasar dan bawah sekali. Warga Muhammadiyah yang mempunyai cita-cita mulia agar putera-puterinya kelak menjadi kader Muhammadiyah harus melakukan langkah perkaderan sejak dini. Dimulai dari penanaman nilai-nilai Islam sejak dini, kemudian menyekolahkan di sekolah Islam  (Muhammadiyah) terbaik dari TK, SD hingga Perguruan Tinggi dan atau Pondok Pesantren (Muhammadiyah). Demikian pula perkaderan formal juga harus dilaksanakan mulai dari Organisasi Otonom Angkatan Muda Muhammadiyah hingga perkaderan Muhammadiyah di tingkat PRM, PCM, PDM, PWM hingga PP. Anak-anak warga Muhammadiyah sudah selayaknya diperkenalkan pada organisasi sejak dini dengan memberi dukungan moril maupun materiil / fasilitas kepada mereka untuk aktif di Ortom AMM.

Langkah selanjutnya adalah bagi mereka yang sudah benar-benar menjadi kader Muhammadiyah ia harus "Siap untuk Naik dan siap pula untuk Turun" (Siap diatas dan siap dibawah). Kuncinya adalah ketulusan dan keikhlasan. Kader itu berkiprah dimanapun ia harus siap, di PRM, PCM, PDM, PWM hingga PP. Setelah sukses di suatu posisi apabila dia tidak terpilih lagi untuk tingkat diatasnya maka ia harus rela berada di tingkatan manapun sekalipun terjun di tingkat paling bawah (Ranting). Dimanapun kader berada ia tidak akan meninggalkan dan melupakan komunitasnya serta selalu bergerak dan berkiprah melaksanakan tugas dakwah dan kepemimpinan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


LAZISMU Surabaya

LAZISMU Surabaya
Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shodaqoh Muhammadiyah Surabaya

MARI BERAMAL NYATA

MARI BERAMAL NYATA